Seni Mendengarkan


A.    Pengertian Mendengarkan

               Mendengarkan merupakan proses selektif untuk memperhatikan, mendengar, memahami, dan mengingat simbol-simbol pendengaran.
               Unsur pertama dalam proses mendengarkan ialah mendengar yang merupakan proses fisiologis otomatik penerimaan rangsangan pendengaran (aural stimuli). Kedua, kita tempatkan bunyi-bunyi ini dalam urutan atau susunan yang bermakna, sehingga membentuk kata-kata. Ketiga, kita mengenal kata-kata dalam suatu pola yang membentuk suatu bahasa, yang dapat membantu menghasilkan pesan dari komunikator kepada kita. Faktor lainnya dalam mendengar adalah kecepatan pembicara, kecepatan rata-rata pembicara adalah antara 100 sampai 150 kata permenit. Meskipun demikian, penelitian dalam pembicaraan yang didapatkan menunjukkan bahwa kebanyakan orang mampu menangkap pesan yang kecepatannya 400 sampai 500 kata permenit. (Goss, 1982, hlm.91).
               Meskipun kemampuan memproses informasi yang empat kali lebih cepat daripada rata-rata orang bicara tampaknya merupakan keuntungan, ternyataitu merupakan masalah dalam arti bahwa tiga perempat bagian dari mendengarkan merupakan “waktu luang”. Hal ini berarti bahwa kita mampu menangkap apa yang kita dengar jauh lebih cepat daripada kemampuan pembicara melisankan pikirannya; jadi kita menjadi bosan dan mulai melamun. Kenyataan ini tampaknya dapat menjelaskan temuan bahwa berbicara lebih menarik daripada mendengarkan.
               Mendengarkan tidak sekedar dengar secara fisiologis menerima suara ke dalam telinga untuk kemudian dibiarkan begitu saja tanpa respons atau aksi nyata. Dalam bahasa Inggris sendiri ada beberapa jenis pilihan kata dari mendengarkan. Kita bisa menyebutnya hearing, overhearing, dan listening. Pengertian sederhana dari ketiganya kurang lebih sebagai berikut:
1.      Hearing adalah proses ketika kita mendengar suara secara tidak sengaja di suatu tempat dengan radius jarak tertentu yang paling dekat. Contohnya: kita sedang berada di rumah, kemudian kita mendengar suara adzan berkumandang dari masjid. Telinga kita mungkin samar mendengar suara adzan tersebut, tapi kita biasa saja saat mendengarnya karena kita sudah biasa mendengarnya. Maka kurang lebih itulah yang disebut dengan hearing.
2.      Overhearing adalah suatu momen ketika kita tidak sengaja mendengar sesuatu yang ternyata memiliki konten penting untuk didengarkan. Awalnya kita tak acuh dengan suara tersebut, namun saat otak kita tahu bahwa yang tidak sengaja kita dengar adalah sesuatu yang penting untuk disimak, maka otak kita secara stimulatif bekerja sama untuk terus memerhatikan suara tersebut. Contoh kasus ketika mendengar suara dari masjid tersebut kita kemudian tidak sengaja mendengar pengumuman bahwa ada seorang warga di sekitar rumah kita yang baru saja meninggal dunia. Maka, telinga dan otak kita secara spontan akan merespons pengumuman tersebut walaupun secara fisik kita tidak menatap dan melihat orang yang memberikan pengumuman tersebut.
3.      Listening adalah tingkatan paling tinggi dari dua proses sebelumnya. Orang yang sejak awal memang ingin menyimak apa yang dibicarakan oleh lawan bicaranya, maka ia akan mengatur dirinya sedemikian rupa untuk bisa memahami apa yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Ia tidak hanya mendengar suaranya saja tetapi juga mencoba menelan apa yang dimaksud oleh si pembicara agar bisa mengerti dengan baik apa yang ingin disampaikan oleh lawan bicaranya. Sekalipun ia belum bisa memberi respons, setidaknya ia sudah menjadi pendengar yang menyimak dengan baik isi dari lawan bicaranya sejak awal. Inilah bagian yang sering dilalaikan oleh banyak orang hari ini hingga akhirnya sering terjadi miskomunikasi dan membuat jurang konflik dengan berbagai pihak.  

B.     Macam-macam Mendengarkan

1.      Mendengarkan yang menyenangkan
        Jenis pertama mendengarkan adalah mendengarkan yang menyenangkan. Anak-anak sering bertanya-tanya mengapa orang-orang dewasa dapat mengobrol dengan sesamanya selama berjam-jam pada suatu pertemuan sosial. Dengan berlalunya masa kanak-kanak kita, kita lebih diarahkan untuk memandang berbicara sebagai alat bersosialisasi dan kurang diarahkan untuk memandang bertindak (misalnya melakukan permainan) sebagai alat bersosialisasi. Jelas,beberapa macam pengalaman mendengarkan tentu menyenangkan atau membahagiakan. Mendengarkan yang menyenangkan dapat juga mencakup nonton di bioskop, bermain, nonton televisi, mendengarkan musik, dan banyak lagi bentuk hiburan lainnya. Meskipun kita dapat mengambil manfaat dari mendengarkan jenis ini untuk intelektualitas ataupun keahlian kita, semua ini merupakan hasil sampingan dan bukan alasan utama untuk melibatkan diri dalam mendengarkan yang menyenangkan.
2.      Mendengarkan secara Diskriminatif
            Jenis mendengarkan yang kedua adalah menjadi ah mendengarkan secara diskriminatif. Ini merupakan jenis mendengarkan yang lebih serius dan terutama digunakan untuk memahami dan mengingat ( seperti dibahas dalam bagian terdahulu). Mendengarkan deskriminatif mencakup situasi mendengarkan yang paling serius dan kita hadir di dalamnya; misalnya dalam kelas, mendengarkan di tempat bekerja, mendengarkan instruksi, dan banyak lagi yang lainnya. Sebagai aturan umum, makin penting situasinya (misalnya mendengarkan pengarahan Bagaimana bertindak dalam suatu keadaan darurat), makin penting untuk mampu melakukan cara mendengarkan ini.
3.      Mendengar Secara Kritis
            Jenis mendengarkan ketiga adalah mendengarkan secara kritis. Mendengarkan secara kritis biasanya dibutuhkan bila kita mencurigai bahwa mungkin kita mendengarkan suatu sumber informasi yang berat sebelah. Misalnya, bila kita meminta seorang dokter untuk mengatakan pendapatnya tentang perawatan medis, kita menyangka bahwa perasaan dokter itu akan menyebabkannya sulit untuk memberi jawaban yang benar-benar objektif. Mendengarkan kritis juga dikaitkan dengan kemampuan untuk mencium muslihat propaganda yang dipakai seorang komunikator. Selama berlangsungnya perang dunia II, sejumlah agen federal, termasuk institut analisis propaganda (institute for propaganda analysis ), mengidentifikasi sejumlah muslihat khusus yang kadang-kadang masih dipakai untuk menyajikan informasi yang berat sebelah atau menyimpang. Sambil menelaah beberapa diantara muslihat-muslihat ini, kita akan melihat bahwa muslihat ini seringkali digunakan dalam situasi komunikasi antarpersona sehari-hari, juga dalam konteks komunikasi massa yang lebih formal. Namun, diantara beberapa muslihat ini ada yang merupakan bentuk sah penyajian informasi. Jadi, tekniknya tidak dengan sendirinya buruk; cara penggunaannyalah, bisa secara benar atau salah, yang menentukan nilainya dan menciptakan tantangan bagi pendengar yang kritis. Dengan cara berpikir semacam ini, marilah kita menelaah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membantu menyajikan gagasan-gagasan tersebut. Kita juga akan menunjukan bagaimana teknik-teknik ini disalahgunakan. Alat untuk mengembangkan tujuan seringkali disebut metode pendukung atau materi pendukung. Paling sedikit ada empat metode pendukung khusus, yaitu
·         Analogi, suatu analogi mungkin merupakan  cara paling singkat dan paling jelas untuk memperoleh suatu gagasan yang rumit atau suatu jalan pintas.
·         Contoh, metode pendukung gagasan yang kedua adalah menggunakan contoh. Kita menggunakan contoh-contoh di seluruh buku ini untuk melukiskan sejumlah besar konsep yang kita buat. Contoh-contoh dapat merupakan suatu permisalan spesifik yang amat singkat, atau dapat pula panjang lebar. Contoh biasanya membuat makna menjadi jauh lebih jelas bagi pendengarnya.
·         Statistik, metode numerik penggambaran peristiwa atau gagasan. Dan kadang - kadang statistik agak sulit dipahami oleh pendengar, tapi bila digunakan bersama dengan metode pendukung lainnya, statistik dapat membantu memperjelas maksud pembicara.
·         Kesaksian atau kutipan, metode pendukung gagasan yang keempat adalah melalui penggunaan kesaksian atau kutipan. Suatu gagasan seringkali dapat lebih diterima Oleh para pendengar bila mereka pikir gagasan itu telah diterima oleh orang lain, terutama bila orang lain itu adalah mereka yang terpandang atau para ahli.
4.      Mendengarkan dengan Empati
            Jenis mendengarkan yang terakhir adalah mendengarkan dengan empati. sesuai dengan istilahnya, pendengar mencoba menunjukkan empati kepada pembicara.
            Mendengarkan dengan empati dapat juga dijelaskan sebagai mendengarkan," yang tersirat". Bila kita mendengarkan yang tersirat, kita meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan antarpersonal kita terhadap seluruh pesan yang dicoba dikomunikasikan oleh seseorang.
Definisi yang bagus tentang pendekatan cara mendengarkan ini dilukiskan dengan cara pandang berikut ini. " empati adalah persepsi dan komunikasi yang melibatkan resonansi, identifikasi, dengan mengalami sendiri refleksi emosional yang dialami oleh orang lain. Empati berlangsung terus sepanjang Hayat sebagai modus dasar bagi komunikasi yang berarti di antara orang-orang dewasa.
            Mendengarkan dengan empati seringkali merupakan bagian yang penting dalam semua hubungan penasihat-klien. Hubungan semacam ini juga terjadi antar seorang pasien dengan ahli psikoterapi. Theodore Reik (1984), seorang psikoanalisis, menyatakan ungkapan, " mendengarkan dengan telinga ketiga" untuk melambangkan mendengarkan jenis ini. Sebenarnya, Ini berarti bersikap peka terhadap isyarat visual maupun isyarat vokal.
Pada tingkat yang paling umum, kita dapat menggambarkan respons refleksi dengan beberapa ciri yang sederhana:
·         Penekanan yang lebih besar pada mendengarkan daripada berbicara.
·          Lebih menanggapi hal-hal yang pribadi daripada yang abstrak.
·         Lebih mengikuti orang lain dalam penelusurannya daripada membimbingnya ke wilayah masalah yang menurut kita harus ditelusurinya.
·         Lebih banyak menjelaskan apa yang telah dikatakan orang lain mengenai pikiran dan perasaannya daripada mengajukan pertanyaan atau mengatakan kepadanya apa menurut kita yang harus dipikirkannya, dilihatnya, atau dirasakannya.
·         Lebih menanggapi perasaan secara implisit mengenai apa yang dikatakan orang lain daripada asumsi atau isi pesan yang dipercakapkannya.
·         cenderung mencoba memasuki kerangka acuan berpikir orang lain daripada mendengarkan dan menanggapinya dari kerangka acuan kita sendiri.
·         lebih menanggapi dengan pemahaman yang berempati dan bersifat menerima daripada dengan ketidakpedulian, dengan objektivitas yang tidak memihak, atau identifikasi yang berlebihan (misalnya menginternalisasikan masalahnya sehingga menjadi masalah kita sendiri).

C.    Gaya Mendengarkan

Penelitian mengidenifikasi 4 perbedaan dalam jenis gaya mendengarkan. Gaya mendengarkan itu diantaranya:
1.      People Listening Style
           Dalam gaya ini kamu konsen terhadap perasaan orang lain. Kamu mencari tahu ketertarikan yang sama dengan orang lain dan meresponnya dengan emosi. Mendengarkan dengan gaya ini umum diantara pasangan, keluarga, dan sahabat.
2.      Action Listening Style
  Anda ingin yang tepat, bebas dari kesalahan, dan anda mungkin tidak sabar terhadap suatu gangguan. Seorang bos, sebagai contoh, mungkin meminta laporan dari satu kepala divisi dan bagaiamna perusahan bekerja. Dia akan berekspektasi laporannya fokus kepada poinnya.
3.      Content Listening Style
  Anda lebih kompleks dan tertantang terhadap informasi. Sejak informasi abstrak umum, kamu dapat mendengarkan tanpa emosi dan teribat kemudian mengevaluasi informasi sebelum anda membuat sebuah hukuman/kritikan.
4.      Time-style listening
   Di gaya mendengarkan yang ini, kamu lebih berani dan cepat berinteraksi dengan orang lain dan sering membiarkan orang lain mengetahui berapa banayk waktu yang mereka miliki untuk suatu poin. Orang yang mendengarkan berita, siap untuk mendapatkan siaran televisi, membutuhkan untuk mendapatkan informasi dengan cepat dan efesien karena mereka selalu bekerja melawan wkatu, jadi mereka merupakan time style listener

D.    Faktor-Faktor Orang Tidak Mau Mendengarkan 

           Wahyu Wibowo, penulis dan pelatih komunikasi adab, kultur perusahaan, dan media massa menyebutkan sejumlah sebab mengapa orang enggan menjadi pendengar yang baik:
1.      Kurang Konsentrasi
           Kelemahan dalam berkonsentrasi pada topik pembicaraan membuat kita gemar membuat kata-kata di luar topik atau yang tidak berhubungan dengan topik. Kelemahan ini, secara psikologis, boleh jadi dipicu oleh arogansi jabatan, sok pamer pengetahuan, atau tidak ingin terlihat bodoh di depan orang lain. Padahal, dengan sikap serupa itu, bisa jadi orang lain akan enggan, malas, bosan, bahkan “jijik” mendengar ucapan-ucapan kita.
2.      Terlalu Percaya Diri
           Kepercayaan diri yang terlalu tinggi membuat seseorang cenderung terlalu sering memotong, mengomentari, atau mengkritik lawan bicara. Sejumlah pejabat yang ada bisa menjadi contoh nyata sikap ini. Mereka seringkali melakukan interupsi yang berkesan tidak nyambung dengan pokok persoalan, bahkan menjadikannya ajang pamer diri. Kalau sudah seperti ini, orang tersebut cenderung hanya bicara tanpa mau mendengarkan orang lain.
3.      Kesibukan
           Kesibukan terkadang membuat kehadiran seseorang sebagai sebuah gangguan. Akhirnya, saat terlibat dalam pembicaraan, orang yang sibuk ini hanya mengambil kata-kata kunci dari lawan bicara dengan mendengarkan seadanya karena kita menolak untuk mencerna atau mengevaluasi isi pembicaraan lawan bicara. Akhirnya informasi yang didapatkan menjadi bias atau tidak berimbang karena perhatian tak sepenuhnya tertuju pada lawan bicara.
4.      Tidak Cukup Data
           Sering kali pula, akibat ketidaklengkapan data kita merasa tidak yakin dengan apa yang akan kita katakan. Akibatnya, komunikasi yang kita bangun menjadi ingar alias tidak nyambung. Hal ini diakibatkan karena lawan bicara kita sama sekali tidak berpeluang untuk bertanya, apalagi membuat catatan dan mengevaluasinya. Dengan demikian, jangan mengharap kata-kata yang kita umbar bernilai informatif bagi lawan bicara kita.
5.      Pengaruh Suasanan Hati
           Bisa jadi, lawan bicara enggan mendengarkan atau tidak tertarik dengan semua ucapan kita, entah karena ia sedang stres, atau suasana hatinya sedang tidak baik. Hal ini dapat terlihat melalui bahasa tubuh seperti memainkan jari berulang-ulang, mimik wajah yang kusut, atau pandangan mata yang mengarah ke sana ke mari.

E.     Aturan Mendengarkan Efektif

1.      Listening Preparation (Persiapan Mendengarkan)     
   Ini termasuk semua bagian fisik, mental, dan aspek kebiasaan dan membuat kesiapan untuk mendengarkan.
2.      Perhatian
  Memperhatikan rangsangan keilmuan kita berarti memusatkan kesadaran kita pada rangsangan khusus tertentu. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa biasanya orang cenderung memusatkan perhatian pada satu suara saja daripada memecah mecah perhatian dari satu suara ke suara lainnya (Broadbent, 1958). Temuan lainnya adalah bahwa kita lebih mudah memilih suara bila hanya melalui telinga sementara pesan lainnya yang mencoba masuk melalui telinga lainnya, daripada kedua jenis pesan ini di dengar oleh telinga yang sama. Pengarang menyimpulkan dengan menyatakan bahwa, “Jelas seorang pendengar mampu melatih mengendalikan apa yang ingin di dengarnya”. (Moray. 1969, hlm.88)
  Suau hal ang berkaitan dengan perhatian adalah konsep ambang batas (threshold). Ambang batas didefinisikan sebagai: suatu inensitas rangsangan yang memungkinkan pengamat menangkap sebuah sinyal dalam 50 % percobaan... ambang batas ditentukan oleh variabel rangsangan seperti intensitas, frekuensi (panjang gelombang) lamanya, ukuran, dan kecepatan penyajian, demikian juga oleh variabel subek seperti keadaan peneysuaian, latihan, usia, motivasi, dan kesehatan: prosedur percobaan juga memengaruhi ambang batas. Salah satu masalah yang paling sulit adalah mtivasi dan krieria subek unuk mengungkapkan bahwa ia melihat atau mendengar sesuatu. (moray, 1969, hlm.18)
  Jadi, ambang batas adalah tingkat minimal inensitas rangsangan ang dapat kita perhatikan hal yang penting di ingat adalah bahwa ambang batas perhatian kita berubah, bergantung kepada beberapa hal, termasuk keadaan motivasi kita sendiri.
  Unsur terakhir yang memengaruhi perhatian adalah tingkat pembankian 
3.      Receiving
   Penerimaan adalah proses dari pengambilan, memperoleh atau menerima. Ini terjadi oleh beberapa panca indera (mendengar, melihat, mencium, menyentuj, merasakan) dan terjadi antara pengirim dan penerima, seperti mereka menerima semua isyarat, sinyal dan gerakan hati.
4.      Memahami
      Memahami adalah proses pemberian makna pada kata yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Karena proses memahami berdasarkan definisi mensyaratkat kita untuk menghubungkan pesan dengan pengalamab kita yang lalu, kita juga cenderung menerima atau menolak (dengan kata lain menilai) pesan pada saat kita mencoba memahaminya. Bila kita dapat lebih memusatkab pendengaran untyk memahami makna yang dimaksudkan pembicara, dan untuk sementara waktu menekan kecenderungan kita untuk menghakimiatau menilai pesan tersebut, kita dapat memperbaiki kemampuankita untuk mendengarkan lebih efektif.
5.      Constructing Meaning (membangun makna)
  Constructing meaning adalah proses yang rumit dan unik untuk untuk memahami isyara, tanda/sinyal, dan impuls yang diterima.
Hal itu terus berlangsung dalam otak penerima-penerima.  aspek unik manusia adalah kemampuan untuk membuat makna.  Meskipun Anda sering berpikir bahwa mendengarkan hanya berhubungan dengan pendengaran saja, biasanya diperlukan penggunaan semua indera secara penuh dan aktif.  misalnya, katakanlah Anda berada di sebuah pesta yang ramai dengan pasangan yang berpotensi romantis.  Parrner Anda mengucapkan kata-kata "Aku cinta kamu", yang Anda cukup jelas di atas suara orang-orang dan musik di sekitar Anda.  tetapi Anda tidak sepenuhnya memahami mengapa kata-kata itu diucapkan dalam konteks ini, atau apa makna penuhnya.  Anda melihat bahwa pasangan Anda mungkin terlalu banyak minum, Anda mencium bau bir, sentuhan pasangan Anda tampaknya sugestif, dan ciuman itu mengungkapkan rasa bir.  Anda mendengar kata-kata itu, tetapi Anda dapat melihat bahwa hanya ketika semua indra berperan, Anda dapat membangun makna dari kata-kata itu.
Bagian penting kami dalam membangun makna melibatkan memusatkan perhatian Anda pada rangsangan tertentu.  dalam contoh "I love you", perhatikan bagaimana kata-katanya terdengar keras dan jelas di atas suara orang-orang dan musik di sekitar Anda.  Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memfokuskan persepsi.  Meskipun Anda mungkin bisa memusatkan perhatian Anda dengan cara tertentu, rentang perhatian kebanyakan orang sangat pendek.  untungnya, Anda dapat dengan cepat memfokuskan kembali perhatian Anda pada pesan, tetapi setiap pendengar dan pembicara harus menyadari betapa mudahnya perhatian bisa tersesat.
6.      Mengingat.
Kebanyakan tes mendengarkan sampai tingkat tertentu menguji berapa banyak kita dapat mengingat apa yang telah kita dengar dan yang kita pahami. Mengingat adalah menyimpan informasi untuk diperoleh kembali. Ada dua jenis memori, memori Jangka Pendek (MJPe) dan memori jangka panjang (MJPa). Memori jangka pendek adalah sesuatu yang memungkinkan kita mengingat suatu nomor telepon yang cukup panjang untuk diputar, tetapi tidak mampu untuk mengingatnya kembali hanya lima menit kemudian. Memori jangka panjang menyimpan suatu informasi yang biasanya kita anggap sebagai “sudah melekat” pada memori (misalnya tanah air kita, nama orang tua kita).
Pada dasarnya perbedaan MJPe dan MJPa adalah jumlah pengulangan dan pelatihan yang terjadi pada suatu informasi tertentu dan kemudahannya untuk menyesuaikan informasi tersebut dengan informasi yang telah disimpan.
Penelitian yang disarikan oleh Barker (1971) menunjukkan bahwa segera setelah kita mendengar sesuatu, kita hanya ingat separuhnya. Delapan jam kemudian kita hanya ingat 35 persen, dan dua bulan kemudian kemudian kita ingat 25 persen. Jelaslah, ini mengansumsikan, mula-mula kita memperhatikan [esan, dan bahwa pesan itu singkat serta relatif tidak rumit. “endapannya” yang berkaitan dengan mendengarkan adalah pesan sisa, inti pesan yang diingat pendengar.
Keterampilan mendengarkan yang efektif tidak hanya dalam mengembangkan hubungan, tetapi juga efektif dalam menghindari konflik. Oleh sebab itu, penting untuk mengembangkan kemampuan mendengarkan untuk menghasilkan komunikasi yang efektif. Tanpa menggunakan teknik pendengaran yang efektif, seorang pembicara tidak akan mungkin menjawab dengan jelas atau menjawabnya menyimpang dari pertanyaa yang dilontarkan, atau bahkan pembicara meminta pendengar untuk mengulang kembali pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan. Untuk itu, perlu dipahami bagaimana cara sesorang mendengarkan pembicara dengan efektif. Agar dapat mendengarkan secara efektif, anda perlu melakukan lima langkah yang berbeda dengan baik: 1) Menerima: anda memulai mendengarkan pesan secara fisik dan mengajui bahwa anda memang mendengarkan. Penerimaan secara fisik dapat terganggu oleh suara bising, pendengaran yang kurang baik, atau kurang menaruh perhatian. Beberapa ahli juga menyertakan pesan non verbal sebagai bagian dari tahap ini, karena factor-faktor tersebut juga memengaruhi proses mendengarkan. 2) Menafsirkan (decoding): langkah anda berikutnya adalah memberikan arti terhadap suara, yang dapat anda lakukan menurut nilai-nilai, kepercayaan, ide, harapan, kebutuhan, dan sejarah pribadi anda. 3) Mengingat: sebelum anda dapat bertindak berdasarkan informasi tersebut, anda perlu menyimpannya lebih dulu untuk diproses di waktu yang akan datang. Anda perlu menangkap informasi tersebut dalam memori jangka pendek, kemudian menstrafernya ke memori jangka panjang untuk disimpan dengan aman. 4) Mengevaluasi: dengan diterimanya pesan dari pembicara, langkah anda berikutnya adalah mengevaluasi pesan tersebut dengan menerapkan keterampilan berfikir kritis. Pisahkanlah fakta dan opini dan evaluasilah kualitas bukti tersebut. 5) Merespon: setelah anda melakukan evaluasi terhadap pesan pembicara, anda sekarang bereaksi. Bila anda berkomunikasi dari satu orang ke satu orang lainnya atau dalam kelompok kecil, respons awal biasanya berupa umpan balik lisan. Bila anda salah satu dari banyak audiens, respons awal anda mungkin berupa tepuk tangan, tertawa, atau diam. Baru kemudian anda mungkin bertindak berdasarkan apa yang anda dengar. Kegiatan mendengarkan orang lain merupakan kegiatan yang sudah sering dilakukan, baik yang dilakukan melalui bertatap muka (face-to-face) maupun dalam suatu kelompok. Setiap individu memiliki berbagai macam tujuan ketika mendengarkan sesuatu, antara lain berinteraksi dengan orang lain, menerima informasi, mengatasi masalah, dan saling berbagi perasaan dengan orang lain. Kegiatan mendengarkan (menyimak) suatu percakapan dengan orang lain merupakan bagian penting dalam memahami suatu pesan yang disampaikan oleh orang lain. Dalam hal ini, istilah mendengarkan (listening) bukanlah kegiatan yang statis tetapi dinamis, yaitu kegiatan mendengar secara aktif percakapan dengan orang lain yang dituntut adanya konsentrasi secara penuh dan tidak terpengaruh oleh factor-faktor pengganggu dalam suatu percakapan tersebut. Oleh karena itu, kegiatan mendengarkan itu sendiri bukanlah pekerjaan yang mudah dan perlu latihan yang cukup. Semakin banyak berlatih mendengarkan, maka akan semakin baik dalam memahami suatu percakapan dengan orang lain. Dengan pikiran, seseorang dapat memilih katakata yang tepat untuk disampaikan kepada pihak lain, sehingga dapat dipahami dengan baik dan benar. Dengan emosi, seseorang dapat mengungkapkan perasaannya (suka, duka, yakin atau ragu-ragu) dalam mengadakan hubungan komunikasi dengan orang lain. Dengan bahasa tubuh, seseorang dapat lebih menyakinkan apa yang telah disampaikan dengan kata-kata dan perasaannya, yang di ungkapkan dalam bentuk tindakan tertentu yang dapat dipahami oleh orang lain. Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, kebanyakan para manajer dalam setiap harinya menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking) dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai asosiasi bisnis. Mendengarkan menjadi begitu pentingsebagaimana berbicara atau berpidato di hadapan audiens.
Kebiasaan sebagai pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal yang positif, antara lain:
·         Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan kebutuhan dasar manusia untuk didengarkan.
·         Kinerja/prestasi kerja karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut dapat dimengerti dengan baik.
·         Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan (karyawan) akan berdampak positif pada prestasi kerjanya.
·         Manajer dan karyawan akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman dalam penyampaian suatu pesan.
·         Pendengar yang baik akan dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar gosip.
·         Pendengar yang baik memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari pihak lain, sehingga hal ini mendorong berkembangnya kreativitas. Pendengar yang efektif juga akan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik dan peningkatan kepuasan kerja.
·         Kepuasan kerja meningkat karena mereka tahu apa yang terjadi, kapan mereka mendengar, dan kapan mereka berpartisipasi di dalamnya yang tumbuh dari komunikasi yang baik.

F.     Cara Menjadi Pendengar yang Baik

Untuk menjadi pendengar yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi, antara lain:
1.      Membuat Kontak Mata dengan Pembicara
            Agar pembicaraan yang sedang berlangsung dapat berlanjut terus maka tataplah mata lawan bicara kita. Tatapan mata juga dapat mengurangi kemungkinan perhatian kita teralihkan. Tampilkan komunikasi nonverbal, seperti anggukan atau gelengan kepala dan ekspresi wajah yang sesuai untuk menunjukkan kepada pembicara bahwa kita menaruh perhatian terhadap pembicaraan tersebut.
            Kontak mata dengan lawan bicara akan memberi kesan dan pesan kepada orang tersebut bahwa kita sungguh-sungguh terhadap sesuatu yang dikomunikasikan. Kesungguhan ini akan menciptakan suasana keakraban dan rasa saling percaya sehingga akan lebih mudah baginya memberikan dukungan ataupun memberikan jawaban ”ya”, atau melakukan apapun yang kita harapkan.
2.      Hindari Gerakan atau Komunikasi Nonverbal yang Justru Mengganggu atau Tidak Sesuai dengan Maksud Kita untuk Mendengarkan 
            Pada saat mendengarkan, hindari gerakan-gerakan yang dapat mengganggu proses mendengarkan itu sendiri, seperti: melihat-lihat jam, memutar-mutar pensil atau pulpen, merobekrobek kertas, melihat-lihat pemandangan atau melakukan akitivitas lainnya. Dengan melakukan hal seperti itu, pembicara akan mengartikan bahwa kita tidak tertarik, bosan dan tidak peduli sehingga akhirnya topik pembicaraan tidak sesuai dengan maksud komunikasi tersebut. Bersikaplah yang wajar dan tidak berlebih-lebihan.
3.      Mengungkap Kembali dan Mengajukan Pertanyaan
            Apabila memang perlu, ulangi apa yang disampaikan pembicara dengan menggunakan bahasa sendiri. Ini merupakan tahap perkembangan mendengar secara empatik. Proses ini selain merupakan proses untuk memperjelas makna, juga merupakan cara terbaik untuk mengetahui jika kita benar-benar mengerti atau tidak.
            Pendengar yang empatik akan menganalisis yang dia dengar dan akan mengajukan pertanyaan. Dengan mengajukan pertanyaan, akan memperjelas maksud yang dibicarakan dan meyakinkan pembicara bahwa kita mengerti, sekaligus memberikan dukungan kepada pembicara untuk berbicara lebih lanjut karena kita benar-benar memerhatikan dan mendengarkan secara serius.
4.      Buat Transisi yang Baik Antara Menjadi Pendengar yang Baik dan Pembicara yang Baik
            Kita memiliki kecenderungan untuk berbicara daripada mendengarkan. Dan kita juga memiliki kecenderungan untuk berbicara sambil mendengarkan. Pendengar yang empatik tidak akan melakukan hal tersebut. Sebuah proses komunikasi adalah proses antara mendengarkan dan berbicara, dan dalam proses komunikasi yang efektif, kita melakukan peran tersebut secara bergantian. Lakukan peran transisi antara peran mendengarkan dan peran berbicara secara baik.
5.      Berusaha Mengerti, kemudian Dimengerti
            Usaha untuk mengerti orang lain tidak terbatas pada mengerti kata-kata yang diucapkannya. Kalau kita mengerti orang lain seperti itu, berarti kita masih melihat orang lain melalui kaca mata kita sendiri. Kita harus melangkah lebih jauh lagi masuk ke diri orang itu, untuk melihat dunia sebagaimana ia memandangnya, mengerti keadaannya, dan juga harus bisa merasakan emosi kejiwaannya.
6.      Diagnosis sebelum Respons
            Mendiagnosis terlebih dahulu sebelum membuat resep merupakan prinsip yang penting bagi semua profesional. Pendengar yang empatik akan melakukan diagnosis terlebih dahulu untuk meneliti permasalahan yang dihadapi oleh lawan bicaranya sebelum memberikan pendapat, masukan, atau jawaban. Setelah menemukan akar permasalahannya, akan lebih mudah untuk membantu memberikan jawaban, solusi ataupun masukan yang diperlukan lawan bicara. Mungkin ada orang yang protes bahwa melakukan hal itu akan menghabiskan terlalu banyak waktu. Memang hal itu akan menghabiskan banyak waktu pada awalnya, tetapi akan menghemat waktu nantinya.
7.      Tunjukkan Minat, Perhatian, dan Kepedulian
            Dalam berkomunikasi kita bisa menunjukkan minat kita yang begitu besar kepada lawan bicara kita dengan perhatian dan kepedulian kepadanya. Apabila ia merasakan bahwa ia mendapatkan perhatian, kepedulian, dan rasa hormat ketika berbicara ataupun menyampaikan pendapat, maka ia juga akan bersedia mendengarkan dengan penuh perhatian sesuatu yang kita komunikasikan kepadanya.
            Dengan fokus perhatian kita kepada orang lain akan bisa lebih mudah memahami dan mengetahui keadaannya, apakah seputar tentang keinginan, permasalahan atau apa yang ia perlukan dari kita. Jika telah dipahami dengan baik, kita tentu bisa mengomunikasikan hal yang mungkin dapat menarik perhatiannya dan sesuatu yang mungkin mereka mau terima atau dukung.
8.      Open Minded (pikiran terbuka)

G.    Pendengar yang Buruk

1.      Interupsi pembicara (tidak sabar).
2.      Tidak memberikan kontak mata (mata menyimpang).
3.      Terganggu (gelisah) dan tidak memperhatikan si pembicara
4.      Tidak tertarik pada pembicara (tidak peduli; Lamunan).
5.      Memberi si pembicara sedikit atau tidak (lisan atau nonverbal) umpan balik.
6.      Mengubah subjek.
7.      Menghakimi.
8.      Sangat tertutup.
9.      Terlalu banyak bicara.
10.  Sedang menyibukkan diri.
11.  Memberikan saran yang tak diinginkan
12.  Terlalu sibuk untuk mendengarkan

H.    Arti penting dari Seni Mendengarkan

           Secara umum banyak orang yang mengemukakan pengertian seni sebagai keindahan. Seni dapat diterapkan dalam salah satu perilaku komunikasi yaitu mendengarkan. Sehingga seni mendengarkan sebagai komunikasi merupakan suatu hal yang penting sekali dalam pekasanaan perilaku komunikasi ini. Kemudian, berusaha benar-benar mengerti orang lain adalah dasar apa yang disebut dengan mendengar secara empatik. Ketika orang lain sedang berbicara, terkadang kita meletakkan proses mendengar dalam salah satu dari empat tingkat komunikasi tidak empatik. Pertama, kita mungkin mengabaikan, dengan tidak benar-benar mendengarkan. Kedua, kita mungkin berpura-pura, kita sebenarnya tidak mendengarkan yang diucapkan. Ketiga, kita mungkin selektif, kita mendengarkan hanya bagian-bagian tertentu dari percakapan. Keempat, kita mungkin atentif, yakni kita hanya menaruh perhatian dan memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan. Oleh karena itu dalam hal berkomunikasi, mungkin masih sedikit dari kita yang mempraktikkan bentuk tertinggi dari mendengar yaitu empati, kita benar-benar mendengar untuk mengerti dan memahami orang lain.
           Mendengar secara empatik merupakan salah satu keterampilan berkomunikasi untuk mendukung pencapaian tujuan komunikasi, baik dari sisi persuasif maupun informatif. Banyak orang merasa yakin bahwa mereka berkomunikasi secara efektif. Namun, ketika orang lain tidak merespons dengan cara yang dikehendaki, mereka cenderung menyalahkannya.
           Menurut Carl Rogers dalam Masturi (2010), kendala utama bagi komunikasi antarpribadi satu sama lain adalah kecenderungan alamiah kita untuk menghakimi, menilai, menyetujui atau membantah pernyataan orang lain ataupun pernyataan kelompok. Setiap kali melakukan komunikasi, sesungguhnya bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan, tetapi menentukan kadar hubungan interpersonal.
           Melalui mendengar dan memahami orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang memang mutlak dibutuhkan dalam membangun kerja sama dengan orang lain. Rasa empati akan dapat membuat kita mampu untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan lawan bicara untuk menerima pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, berusaha untuk mengerti adalah prinsip yang benar yang dimanifestasikan di banyak bidang kehidupan.
           Mendengar secara empatik berarti mendengar yang dilandasi kesadaran untuk memahami dengan perasaan, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang berbicara. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah cara memahami orang lain. Jangan melakukan hal yang sebaliknya, yakni mengharapkan orang lain yang harus lebih dahulu memahami kita. Sikap mau memahami tentu saja harus timbal balik, barulah kemudian akan muncul saling pemahaman. Dengan dasar berpikir ini, tidak terlalu sulit bagi pihak-pihak yang saling berhubungan untuk menumbuhkan pengertian dan saling menghormati dalam tindakan komunikasi.
Kesimpulan
           Salah satu keterampilan yang saat ini dibutuhkan oleh manusia dan sering kali luput dari perhatian mereka adalah keterampilan mendengarkan. Meskipun untuk mempraktikkannya membutuhkan waktu, tidak sebanyak waktu yang dibutuhkan untuk mundur dan memperbaiki kesalahpahaman, atau untuk mengerjakan ulang, untuk hidup dengan masalah yang tidak terungkap dan terpecahkan.
           Kegagalan dalam berkomunikasi salah satunya disebabkan oleh kemampuan yang kurang memadai dalam mendengarkan dengan baik. Sehingga jika kita mau sedikit bersabar untuk mendengarkan dengan baik, siapa pun yang menjadi lawan bicara kita, kegagalan komunikasi akan bisa terurai, kesalahpahaman akan dapat dihindari, dan perselisihan dapat diminimalkan.
           Seorang pendengar yang baik dapat membaca hal yang sedang terjadi secara mendalam dan cepat. Ia dapat menerima dan mengerti orang lain sehingga orang lain merasa aman untuk membuka lapis demi lapis tirai yang menutupi permasalahan mereka sebenarnya. Usaha untuk mengerti orang lain adalah satu investasi yang akan membawa keberuntungan yang besar buat kita.
                Sumber :
Fromm, Erich. 2018. The Art Of Listening. Yogyakarta: Mitra Media Nusantara.
Sayekti, Muthia. 2018. The Art Of Listening. Yogyakarta: Psikologi Corner.
Wibowo, Wahyu. 2003. Membangun Kultur Perusahaan Melalui Kesadaran Komunikasi Adab. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum
Hybels, Saundra dan Richard L. Weaver II. 2007. Communicating Effectively. New York: McGraw-Hill.
Mulyana, Deddy. 2005. Human Communication. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal EduTech Vol. 2 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2442-6024 e-ISSN: 2442-7063 5

Komentar