Seni Mendengarkan
A. Pengertian Mendengarkan
Mendengarkan merupakan
proses selektif untuk memperhatikan, mendengar, memahami, dan mengingat
simbol-simbol pendengaran.
Unsur pertama
dalam proses mendengarkan ialah mendengar yang merupakan proses fisiologis
otomatik penerimaan rangsangan pendengaran (aural stimuli). Kedua, kita
tempatkan bunyi-bunyi ini dalam urutan atau susunan yang bermakna, sehingga
membentuk kata-kata. Ketiga, kita mengenal kata-kata dalam suatu pola yang
membentuk suatu bahasa, yang dapat membantu menghasilkan pesan dari komunikator
kepada kita. Faktor lainnya dalam mendengar adalah kecepatan pembicara,
kecepatan rata-rata pembicara adalah antara 100 sampai 150 kata permenit.
Meskipun demikian, penelitian dalam pembicaraan yang didapatkan menunjukkan
bahwa kebanyakan orang mampu menangkap pesan yang kecepatannya 400 sampai 500
kata permenit. (Goss, 1982, hlm.91).
Meskipun
kemampuan memproses informasi yang empat kali lebih cepat daripada rata-rata
orang bicara tampaknya merupakan keuntungan, ternyataitu merupakan masalah
dalam arti bahwa tiga perempat bagian dari mendengarkan merupakan waktu luang.
Hal ini berarti bahwa kita mampu menangkap apa yang kita dengar jauh lebih
cepat daripada kemampuan pembicara melisankan pikirannya; jadi kita menjadi
bosan dan mulai melamun. Kenyataan ini tampaknya dapat menjelaskan temuan bahwa
berbicara lebih menarik daripada mendengarkan.
Mendengarkan tidak sekedar dengar
secara fisiologis menerima suara ke dalam telinga untuk kemudian dibiarkan
begitu saja tanpa respons atau aksi nyata. Dalam bahasa Inggris sendiri ada
beberapa jenis pilihan kata dari mendengarkan. Kita bisa menyebutnya hearing,
overhearing, dan listening. Pengertian sederhana dari ketiganya
kurang lebih sebagai berikut:
1.
Hearing adalah proses ketika kita
mendengar suara secara tidak sengaja di suatu tempat dengan radius jarak
tertentu yang paling dekat. Contohnya: kita sedang berada di rumah, kemudian
kita mendengar suara adzan berkumandang dari masjid. Telinga kita mungkin samar
mendengar suara adzan tersebut, tapi kita biasa saja saat mendengarnya karena
kita sudah biasa mendengarnya. Maka kurang lebih itulah yang disebut dengan hearing.
2.
Overhearing
adalah suatu momen ketika kita tidak sengaja mendengar
sesuatu yang ternyata memiliki konten penting untuk didengarkan. Awalnya kita tak acuh dengan
suara tersebut, namun saat otak kita tahu bahwa yang tidak sengaja kita dengar
adalah sesuatu yang penting untuk disimak, maka otak kita secara stimulatif
bekerja sama untuk terus memerhatikan suara tersebut. Contoh kasus ketika
mendengar suara dari masjid tersebut kita kemudian tidak sengaja mendengar
pengumuman bahwa ada seorang warga di sekitar rumah kita yang baru saja
meninggal dunia. Maka, telinga dan otak kita secara spontan akan merespons
pengumuman tersebut walaupun secara fisik kita tidak menatap dan melihat orang
yang memberikan pengumuman tersebut.
3.
Listening adalah tingkatan paling
tinggi dari dua proses sebelumnya. Orang yang sejak awal memang
ingin menyimak apa yang dibicarakan oleh lawan bicaranya, maka ia akan mengatur
dirinya sedemikian rupa untuk bisa memahami apa yang disampaikan oleh lawan
bicaranya. Ia tidak hanya mendengar suaranya saja tetapi juga mencoba menelan
apa yang dimaksud oleh si pembicara agar bisa mengerti dengan baik apa yang
ingin disampaikan oleh lawan bicaranya. Sekalipun ia belum bisa memberi
respons, setidaknya ia sudah menjadi pendengar yang menyimak dengan baik isi
dari lawan bicaranya sejak awal. Inilah bagian yang sering dilalaikan oleh
banyak orang hari ini hingga akhirnya sering terjadi miskomunikasi dan membuat
jurang konflik dengan berbagai pihak.
B. Macam-macam Mendengarkan
1. Mendengarkan
yang menyenangkan
Jenis
pertama mendengarkan adalah mendengarkan yang menyenangkan. Anak-anak sering
bertanya-tanya mengapa orang-orang dewasa dapat mengobrol dengan sesamanya
selama berjam-jam pada suatu pertemuan sosial. Dengan berlalunya masa
kanak-kanak kita, kita lebih diarahkan untuk memandang berbicara sebagai alat
bersosialisasi dan kurang diarahkan untuk memandang bertindak (misalnya
melakukan permainan) sebagai alat bersosialisasi. Jelas,beberapa macam
pengalaman mendengarkan tentu menyenangkan atau membahagiakan. Mendengarkan
yang menyenangkan dapat juga mencakup nonton di bioskop, bermain, nonton
televisi, mendengarkan musik, dan banyak lagi bentuk hiburan lainnya. Meskipun
kita dapat mengambil manfaat dari mendengarkan jenis ini untuk intelektualitas
ataupun keahlian kita, semua ini merupakan hasil sampingan dan bukan alasan
utama untuk melibatkan diri dalam mendengarkan yang menyenangkan.
2. Mendengarkan
secara Diskriminatif
Jenis mendengarkan yang kedua adalah
menjadi ah mendengarkan secara diskriminatif. Ini merupakan jenis mendengarkan
yang lebih serius dan terutama digunakan untuk memahami dan mengingat ( seperti
dibahas dalam bagian terdahulu). Mendengarkan deskriminatif mencakup situasi
mendengarkan yang paling serius dan kita hadir di dalamnya; misalnya dalam
kelas, mendengarkan di tempat bekerja, mendengarkan instruksi, dan banyak lagi
yang lainnya. Sebagai aturan umum, makin penting situasinya (misalnya
mendengarkan pengarahan Bagaimana bertindak dalam suatu keadaan darurat), makin
penting untuk mampu melakukan cara mendengarkan ini.
3. Mendengar
Secara Kritis
Jenis mendengarkan ketiga adalah
mendengarkan secara kritis. Mendengarkan secara kritis biasanya dibutuhkan bila
kita mencurigai bahwa mungkin kita mendengarkan suatu sumber informasi yang
berat sebelah. Misalnya, bila kita meminta seorang dokter untuk mengatakan
pendapatnya tentang perawatan medis, kita menyangka bahwa perasaan dokter itu
akan menyebabkannya sulit untuk memberi jawaban yang benar-benar objektif.
Mendengarkan kritis juga dikaitkan dengan kemampuan untuk mencium muslihat
propaganda yang dipakai seorang komunikator. Selama berlangsungnya perang dunia
II, sejumlah agen federal, termasuk institut analisis propaganda (institute for
propaganda analysis ), mengidentifikasi sejumlah muslihat khusus yang
kadang-kadang masih dipakai untuk menyajikan informasi yang berat sebelah atau
menyimpang. Sambil menelaah beberapa diantara muslihat-muslihat ini, kita akan
melihat bahwa muslihat ini seringkali digunakan dalam situasi komunikasi
antarpersona sehari-hari, juga dalam konteks komunikasi massa yang lebih
formal. Namun, diantara beberapa muslihat ini ada yang merupakan bentuk sah
penyajian informasi. Jadi, tekniknya tidak dengan sendirinya buruk; cara
penggunaannyalah, bisa secara benar atau salah, yang menentukan nilainya dan
menciptakan tantangan bagi pendengar yang kritis. Dengan cara berpikir semacam
ini, marilah kita menelaah beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membantu
menyajikan gagasan-gagasan tersebut. Kita juga akan menunjukan bagaimana
teknik-teknik ini disalahgunakan. Alat untuk mengembangkan tujuan seringkali
disebut metode pendukung atau materi pendukung. Paling sedikit ada empat metode
pendukung khusus, yaitu
·
Analogi, suatu analogi
mungkin merupakan cara paling singkat
dan paling jelas untuk memperoleh suatu gagasan yang rumit atau suatu jalan
pintas.
·
Contoh, metode
pendukung gagasan yang kedua adalah menggunakan contoh. Kita menggunakan
contoh-contoh di seluruh buku ini untuk melukiskan sejumlah besar konsep yang
kita buat. Contoh-contoh dapat merupakan suatu permisalan spesifik yang amat
singkat, atau dapat pula panjang lebar. Contoh biasanya membuat makna menjadi
jauh lebih jelas bagi pendengarnya.
·
Statistik, metode
numerik penggambaran peristiwa atau gagasan. Dan kadang - kadang statistik agak
sulit dipahami oleh pendengar, tapi bila digunakan bersama dengan metode
pendukung lainnya, statistik dapat membantu memperjelas maksud pembicara.
·
Kesaksian atau kutipan,
metode pendukung gagasan yang keempat adalah melalui penggunaan kesaksian atau
kutipan. Suatu gagasan seringkali dapat lebih diterima Oleh para pendengar bila
mereka pikir gagasan itu telah diterima oleh orang lain, terutama bila orang
lain itu adalah mereka yang terpandang atau para ahli.
4. Mendengarkan
dengan Empati
Jenis mendengarkan yang terakhir
adalah mendengarkan dengan empati. sesuai dengan istilahnya, pendengar mencoba
menunjukkan empati kepada pembicara.
Mendengarkan dengan empati dapat
juga dijelaskan sebagai mendengarkan," yang tersirat". Bila kita
mendengarkan yang tersirat, kita meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan
antarpersonal kita terhadap seluruh pesan yang dicoba dikomunikasikan oleh
seseorang.
Definisi
yang bagus tentang pendekatan cara mendengarkan ini dilukiskan dengan cara
pandang berikut ini. " empati adalah persepsi dan komunikasi yang
melibatkan resonansi, identifikasi, dengan mengalami sendiri refleksi emosional
yang dialami oleh orang lain. Empati berlangsung terus sepanjang Hayat sebagai
modus dasar bagi komunikasi yang berarti di antara orang-orang dewasa.
Mendengarkan dengan empati
seringkali merupakan bagian yang penting dalam semua hubungan penasihat-klien.
Hubungan semacam ini juga terjadi antar seorang pasien dengan ahli psikoterapi.
Theodore Reik (1984), seorang psikoanalisis, menyatakan ungkapan, "
mendengarkan dengan telinga ketiga" untuk melambangkan mendengarkan jenis
ini. Sebenarnya, Ini berarti bersikap peka terhadap isyarat visual maupun
isyarat vokal.
Pada
tingkat yang paling umum, kita dapat menggambarkan respons refleksi dengan
beberapa ciri yang sederhana:
·
Penekanan yang lebih
besar pada mendengarkan daripada berbicara.
·
Lebih menanggapi hal-hal yang pribadi daripada
yang abstrak.
·
Lebih mengikuti orang
lain dalam penelusurannya daripada membimbingnya ke wilayah masalah yang
menurut kita harus ditelusurinya.
·
Lebih banyak
menjelaskan apa yang telah dikatakan orang lain mengenai pikiran dan
perasaannya daripada mengajukan pertanyaan atau mengatakan kepadanya apa
menurut kita yang harus dipikirkannya, dilihatnya, atau dirasakannya.
·
Lebih menanggapi
perasaan secara implisit mengenai apa yang dikatakan orang lain daripada asumsi
atau isi pesan yang dipercakapkannya.
·
cenderung mencoba memasuki
kerangka acuan berpikir orang lain daripada mendengarkan dan menanggapinya dari
kerangka acuan kita sendiri.
·
lebih menanggapi dengan
pemahaman yang berempati dan bersifat menerima daripada dengan ketidakpedulian,
dengan objektivitas yang tidak memihak, atau identifikasi yang berlebihan
(misalnya menginternalisasikan masalahnya sehingga menjadi masalah kita
sendiri).
C. Gaya Mendengarkan
Penelitian
mengidenifikasi 4 perbedaan dalam jenis gaya mendengarkan. Gaya mendengarkan
itu diantaranya:
1. People
Listening Style
Dalam gaya ini kamu konsen terhadap
perasaan orang lain. Kamu mencari tahu ketertarikan yang sama dengan orang lain
dan meresponnya dengan emosi. Mendengarkan dengan gaya ini umum diantara
pasangan, keluarga, dan sahabat.
2. Action
Listening Style
Anda
ingin yang tepat, bebas dari kesalahan, dan anda mungkin tidak sabar terhadap
suatu gangguan. Seorang bos, sebagai contoh, mungkin meminta laporan dari satu
kepala divisi dan bagaiamna perusahan bekerja. Dia akan berekspektasi
laporannya fokus kepada poinnya.
3. Content
Listening Style
Anda
lebih kompleks dan tertantang terhadap informasi. Sejak informasi abstrak umum,
kamu dapat mendengarkan tanpa emosi dan teribat kemudian mengevaluasi informasi
sebelum anda membuat sebuah hukuman/kritikan.
4. Time-style
listening
Di
gaya mendengarkan yang ini, kamu lebih berani dan cepat berinteraksi dengan
orang lain dan sering membiarkan orang lain mengetahui berapa banayk waktu yang
mereka miliki untuk suatu poin. Orang yang mendengarkan berita, siap untuk mendapatkan
siaran televisi, membutuhkan untuk mendapatkan informasi dengan cepat dan
efesien karena mereka selalu bekerja melawan wkatu, jadi mereka merupakan time
style listener
D. Faktor-Faktor Orang Tidak Mau Mendengarkan
Wahyu Wibowo, penulis dan pelatih
komunikasi adab, kultur perusahaan, dan media massa menyebutkan sejumlah sebab
mengapa orang enggan menjadi pendengar yang baik:
1. Kurang
Konsentrasi
Kelemahan dalam berkonsentrasi pada
topik pembicaraan membuat kita gemar membuat kata-kata di luar topik atau yang
tidak berhubungan dengan topik. Kelemahan ini, secara psikologis, boleh jadi
dipicu oleh arogansi jabatan, sok pamer pengetahuan, atau tidak ingin terlihat
bodoh di depan orang lain. Padahal, dengan sikap serupa itu, bisa jadi orang
lain akan enggan, malas, bosan, bahkan jijik mendengar ucapan-ucapan kita.
2. Terlalu
Percaya Diri
Kepercayaan diri yang terlalu tinggi
membuat seseorang cenderung terlalu sering memotong, mengomentari, atau
mengkritik lawan bicara. Sejumlah pejabat yang ada bisa menjadi contoh nyata
sikap ini. Mereka seringkali melakukan interupsi yang berkesan tidak nyambung
dengan pokok persoalan, bahkan menjadikannya ajang pamer diri. Kalau sudah
seperti ini, orang tersebut cenderung hanya bicara tanpa mau mendengarkan orang
lain.
3. Kesibukan
Kesibukan terkadang membuat kehadiran
seseorang sebagai sebuah gangguan. Akhirnya, saat terlibat dalam pembicaraan,
orang yang sibuk ini hanya mengambil kata-kata kunci dari lawan bicara dengan
mendengarkan seadanya karena kita menolak untuk mencerna atau mengevaluasi isi
pembicaraan lawan bicara. Akhirnya informasi yang didapatkan menjadi bias atau
tidak berimbang karena perhatian tak sepenuhnya tertuju pada lawan bicara.
4. Tidak
Cukup Data
Sering kali pula, akibat
ketidaklengkapan data kita merasa tidak yakin dengan apa yang akan kita
katakan. Akibatnya, komunikasi yang kita bangun menjadi ingar alias tidak
nyambung. Hal ini diakibatkan karena lawan bicara kita sama sekali tidak
berpeluang untuk bertanya, apalagi membuat catatan dan mengevaluasinya. Dengan
demikian, jangan mengharap kata-kata yang kita umbar bernilai informatif bagi
lawan bicara kita.
5. Pengaruh
Suasanan Hati
Bisa jadi, lawan bicara enggan
mendengarkan atau tidak tertarik dengan semua ucapan kita, entah karena ia
sedang stres, atau suasana hatinya sedang tidak baik. Hal ini dapat terlihat
melalui bahasa tubuh seperti memainkan jari berulang-ulang, mimik wajah yang
kusut, atau pandangan mata yang mengarah ke sana ke mari.
E. Aturan Mendengarkan Efektif
1. Listening
Preparation (Persiapan Mendengarkan)
Ini
termasuk semua bagian fisik, mental, dan aspek kebiasaan dan membuat kesiapan
untuk mendengarkan.
2. Perhatian
Memperhatikan
rangsangan keilmuan kita berarti memusatkan kesadaran kita pada rangsangan
khusus tertentu. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa biasanya orang cenderung
memusatkan perhatian pada satu suara saja daripada memecah mecah perhatian dari
satu suara ke suara lainnya (Broadbent, 1958). Temuan lainnya adalah bahwa kita
lebih mudah memilih suara bila hanya melalui telinga sementara pesan lainnya
yang mencoba masuk melalui telinga lainnya, daripada kedua jenis pesan ini di
dengar oleh telinga yang sama. Pengarang menyimpulkan dengan menyatakan bahwa, Jelas
seorang pendengar mampu melatih mengendalikan apa yang ingin di dengarnya.
(Moray. 1969, hlm.88)
Suau
hal ang berkaitan dengan perhatian adalah konsep ambang batas (threshold).
Ambang batas didefinisikan sebagai: suatu inensitas rangsangan yang
memungkinkan pengamat menangkap sebuah sinyal dalam 50 % percobaan... ambang
batas ditentukan oleh variabel rangsangan seperti intensitas, frekuensi
(panjang gelombang) lamanya, ukuran, dan kecepatan penyajian, demikian juga
oleh variabel subek seperti keadaan peneysuaian, latihan, usia, motivasi, dan
kesehatan: prosedur percobaan juga memengaruhi ambang batas. Salah satu masalah
yang paling sulit adalah mtivasi dan krieria subek unuk mengungkapkan bahwa ia
melihat atau mendengar sesuatu. (moray, 1969, hlm.18)
Jadi,
ambang batas adalah tingkat minimal inensitas rangsangan ang dapat kita
perhatikan hal yang penting di ingat adalah bahwa ambang batas perhatian kita
berubah, bergantung kepada beberapa hal, termasuk keadaan motivasi kita
sendiri.
Unsur
terakhir yang memengaruhi perhatian adalah tingkat pembankian
3. Receiving
Penerimaan
adalah proses dari pengambilan, memperoleh atau menerima. Ini terjadi oleh
beberapa panca indera (mendengar, melihat, mencium, menyentuj, merasakan) dan
terjadi antara pengirim dan penerima, seperti mereka menerima semua isyarat,
sinyal dan gerakan hati.
4. Memahami
Memahami
adalah proses pemberian makna pada kata yang kita dengar, yang sesuai dengan
makna yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Karena proses memahami
berdasarkan definisi mensyaratkat kita untuk menghubungkan pesan dengan pengalamab
kita yang lalu, kita juga cenderung menerima atau menolak (dengan kata lain
menilai) pesan pada saat kita mencoba memahaminya. Bila kita dapat lebih
memusatkab pendengaran untyk memahami makna yang dimaksudkan pembicara, dan
untuk sementara waktu menekan kecenderungan kita untuk menghakimiatau menilai
pesan tersebut, kita dapat memperbaiki kemampuankita untuk mendengarkan lebih
efektif.
5. Constructing
Meaning (membangun makna)
Constructing
meaning adalah proses yang rumit dan unik untuk untuk memahami isyara,
tanda/sinyal, dan impuls yang diterima.
Hal itu terus berlangsung dalam otak
penerima-penerima. aspek unik manusia
adalah kemampuan untuk membuat makna.
Meskipun Anda sering berpikir bahwa mendengarkan hanya berhubungan
dengan pendengaran saja, biasanya diperlukan penggunaan semua indera secara
penuh dan aktif. misalnya, katakanlah
Anda berada di sebuah pesta yang ramai dengan pasangan yang berpotensi
romantis. Parrner Anda mengucapkan
kata-kata "Aku cinta kamu", yang Anda cukup jelas di atas suara
orang-orang dan musik di sekitar Anda.
tetapi Anda tidak sepenuhnya memahami mengapa kata-kata itu diucapkan
dalam konteks ini, atau apa makna penuhnya.
Anda melihat bahwa pasangan Anda mungkin terlalu banyak minum, Anda
mencium bau bir, sentuhan pasangan Anda tampaknya sugestif, dan ciuman itu
mengungkapkan rasa bir. Anda mendengar
kata-kata itu, tetapi Anda dapat melihat bahwa hanya ketika semua indra
berperan, Anda dapat membangun makna dari kata-kata itu.
Bagian penting kami dalam membangun makna
melibatkan memusatkan perhatian Anda pada rangsangan tertentu. dalam contoh "I love you",
perhatikan bagaimana kata-katanya terdengar keras dan jelas di atas suara
orang-orang dan musik di sekitar Anda.
Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memfokuskan persepsi. Meskipun Anda mungkin bisa memusatkan
perhatian Anda dengan cara tertentu, rentang perhatian kebanyakan orang sangat
pendek. untungnya, Anda dapat dengan
cepat memfokuskan kembali perhatian Anda pada pesan, tetapi setiap pendengar
dan pembicara harus menyadari betapa mudahnya perhatian bisa tersesat.
6. Mengingat.
Kebanyakan tes mendengarkan sampai
tingkat tertentu menguji berapa banyak kita dapat mengingat apa yang telah kita
dengar dan yang kita pahami. Mengingat adalah menyimpan informasi untuk
diperoleh kembali. Ada dua jenis memori, memori Jangka Pendek (MJPe) dan memori
jangka panjang (MJPa). Memori jangka pendek adalah sesuatu yang memungkinkan
kita mengingat suatu nomor telepon yang cukup panjang untuk diputar, tetapi
tidak mampu untuk mengingatnya kembali hanya lima menit kemudian. Memori jangka
panjang menyimpan suatu informasi yang biasanya kita anggap sebagai sudah
melekat pada memori (misalnya tanah air kita, nama orang tua kita).
Pada dasarnya perbedaan MJPe dan MJPa
adalah jumlah pengulangan dan pelatihan yang terjadi pada suatu informasi
tertentu dan kemudahannya untuk menyesuaikan informasi tersebut dengan
informasi yang telah disimpan.
Penelitian yang disarikan oleh Barker
(1971) menunjukkan bahwa segera setelah kita mendengar sesuatu, kita hanya
ingat separuhnya. Delapan jam kemudian kita hanya ingat 35 persen, dan dua
bulan kemudian kemudian kita ingat 25 persen. Jelaslah, ini mengansumsikan,
mula-mula kita memperhatikan [esan, dan bahwa pesan itu singkat serta relatif tidak
rumit. endapannya yang berkaitan dengan mendengarkan adalah pesan sisa, inti
pesan yang diingat pendengar.
Keterampilan mendengarkan yang efektif
tidak hanya dalam mengembangkan hubungan, tetapi juga efektif dalam menghindari
konflik. Oleh sebab itu, penting untuk mengembangkan kemampuan mendengarkan
untuk menghasilkan komunikasi yang efektif. Tanpa menggunakan teknik
pendengaran yang efektif, seorang pembicara tidak akan mungkin menjawab dengan
jelas atau menjawabnya menyimpang dari pertanyaa yang dilontarkan, atau bahkan
pembicara meminta pendengar untuk mengulang kembali pertanyaan-pertanyaan yang
dilemparkan. Untuk itu, perlu dipahami bagaimana cara sesorang mendengarkan
pembicara dengan efektif. Agar dapat mendengarkan secara efektif, anda perlu melakukan
lima langkah yang berbeda dengan baik: 1) Menerima: anda memulai mendengarkan
pesan secara fisik dan mengajui bahwa anda memang mendengarkan. Penerimaan
secara fisik dapat terganggu oleh suara bising, pendengaran yang kurang baik,
atau kurang menaruh perhatian. Beberapa ahli juga menyertakan pesan non verbal
sebagai bagian dari tahap ini, karena factor-faktor tersebut juga memengaruhi
proses mendengarkan. 2) Menafsirkan (decoding): langkah anda berikutnya adalah
memberikan arti terhadap suara, yang dapat anda lakukan menurut nilai-nilai,
kepercayaan, ide, harapan, kebutuhan, dan sejarah pribadi anda. 3) Mengingat:
sebelum anda dapat bertindak berdasarkan informasi tersebut, anda perlu
menyimpannya lebih dulu untuk diproses di waktu yang akan datang. Anda perlu
menangkap informasi tersebut dalam memori jangka pendek, kemudian menstrafernya
ke memori jangka panjang untuk disimpan dengan aman. 4) Mengevaluasi: dengan
diterimanya pesan dari pembicara, langkah anda berikutnya adalah mengevaluasi
pesan tersebut dengan menerapkan keterampilan berfikir kritis. Pisahkanlah
fakta dan opini dan evaluasilah kualitas bukti tersebut. 5) Merespon: setelah
anda melakukan evaluasi terhadap pesan pembicara, anda sekarang bereaksi. Bila
anda berkomunikasi dari satu orang ke satu orang lainnya atau dalam kelompok
kecil, respons awal biasanya berupa umpan balik lisan. Bila anda salah satu
dari banyak audiens, respons awal anda mungkin berupa tepuk tangan, tertawa,
atau diam. Baru kemudian anda mungkin bertindak berdasarkan apa yang anda
dengar. Kegiatan mendengarkan orang lain merupakan kegiatan yang sudah sering
dilakukan, baik yang dilakukan melalui bertatap muka (face-to-face) maupun
dalam suatu kelompok. Setiap individu memiliki berbagai macam tujuan ketika
mendengarkan sesuatu, antara lain berinteraksi dengan orang lain, menerima
informasi, mengatasi masalah, dan saling berbagi perasaan dengan orang lain.
Kegiatan mendengarkan (menyimak) suatu percakapan dengan orang lain merupakan
bagian penting dalam memahami suatu pesan yang disampaikan oleh orang lain.
Dalam hal ini, istilah mendengarkan (listening) bukanlah kegiatan yang statis
tetapi dinamis, yaitu kegiatan mendengar secara aktif percakapan dengan orang
lain yang dituntut adanya konsentrasi secara penuh dan tidak terpengaruh oleh
factor-faktor pengganggu dalam suatu percakapan tersebut. Oleh karena itu,
kegiatan mendengarkan itu sendiri bukanlah pekerjaan yang mudah dan perlu
latihan yang cukup. Semakin banyak berlatih mendengarkan, maka akan semakin
baik dalam memahami suatu percakapan dengan orang lain. Dengan pikiran,
seseorang dapat memilih katakata yang tepat untuk disampaikan kepada pihak
lain, sehingga dapat dipahami dengan baik dan benar. Dengan emosi, seseorang
dapat mengungkapkan perasaannya (suka, duka, yakin atau ragu-ragu) dalam
mengadakan hubungan komunikasi dengan orang lain. Dengan bahasa tubuh,
seseorang dapat lebih menyakinkan apa yang telah disampaikan dengan kata-kata
dan perasaannya, yang di ungkapkan dalam bentuk tindakan tertentu yang dapat dipahami
oleh orang lain. Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, kebanyakan para manajer
dalam setiap harinya menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening)
dan berbicara (speaking) dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan
berbagai asosiasi bisnis. Mendengarkan menjadi begitu pentingsebagaimana
berbicara atau berpidato di hadapan audiens.
Kebiasaan sebagai pendengar yang efektif
akan menghasilkan beberapa hal yang positif, antara lain:
·
Pendengar yang baik
akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan kebutuhan dasar manusia
untuk didengarkan.
·
Kinerja/prestasi kerja
karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut dapat dimengerti dengan
baik.
·
Umpan balik (feedback)
yang akurat dari bawahan (karyawan) akan berdampak positif pada prestasi
kerjanya.
·
Manajer dan karyawan
akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman dalam penyampaian suatu pesan.
·
Pendengar yang baik
akan dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar gosip.
·
Pendengar yang baik
memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari pihak lain, sehingga hal ini
mendorong berkembangnya kreativitas. Pendengar yang efektif juga akan dapat
menghasilkan prestasi kerja yang baik dan peningkatan kepuasan kerja.
·
Kepuasan kerja
meningkat karena mereka tahu apa yang terjadi, kapan mereka mendengar, dan
kapan mereka berpartisipasi di dalamnya yang tumbuh dari komunikasi yang baik.
F. Cara Menjadi Pendengar yang Baik
Untuk menjadi pendengar yang
baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi, antara
lain:
1.
Membuat Kontak Mata dengan Pembicara
Agar
pembicaraan yang sedang berlangsung dapat berlanjut terus maka tataplah mata
lawan bicara kita. Tatapan mata juga dapat mengurangi kemungkinan perhatian
kita teralihkan. Tampilkan komunikasi nonverbal, seperti anggukan atau gelengan
kepala dan ekspresi wajah yang sesuai untuk menunjukkan kepada pembicara bahwa
kita menaruh perhatian terhadap pembicaraan tersebut.
Kontak
mata dengan lawan bicara akan memberi kesan dan pesan kepada orang tersebut
bahwa kita sungguh-sungguh terhadap sesuatu yang dikomunikasikan. Kesungguhan
ini akan menciptakan suasana keakraban dan rasa saling percaya sehingga akan
lebih mudah baginya memberikan dukungan ataupun memberikan jawaban ya, atau
melakukan apapun yang kita harapkan.
2.
Hindari Gerakan
atau Komunikasi Nonverbal yang Justru Mengganggu atau Tidak Sesuai dengan
Maksud Kita untuk Mendengarkan
Pada
saat mendengarkan, hindari gerakan-gerakan yang dapat mengganggu proses
mendengarkan itu sendiri, seperti: melihat-lihat jam, memutar-mutar pensil atau
pulpen, merobekrobek kertas, melihat-lihat pemandangan atau melakukan
akitivitas lainnya. Dengan melakukan hal seperti itu, pembicara akan
mengartikan bahwa kita tidak tertarik, bosan dan tidak peduli sehingga akhirnya
topik pembicaraan tidak sesuai dengan maksud komunikasi tersebut. Bersikaplah
yang wajar dan tidak berlebih-lebihan.
3.
Mengungkap
Kembali dan Mengajukan Pertanyaan
Apabila
memang perlu, ulangi apa yang disampaikan pembicara dengan menggunakan bahasa
sendiri. Ini merupakan tahap perkembangan mendengar secara empatik. Proses ini
selain merupakan proses untuk memperjelas makna, juga merupakan cara terbaik
untuk mengetahui jika kita benar-benar mengerti atau tidak.
Pendengar
yang empatik akan menganalisis yang dia dengar dan akan mengajukan pertanyaan.
Dengan mengajukan pertanyaan, akan memperjelas maksud yang dibicarakan dan
meyakinkan pembicara bahwa kita mengerti, sekaligus memberikan dukungan kepada
pembicara untuk berbicara lebih lanjut karena kita benar-benar memerhatikan dan
mendengarkan secara serius.
4.
Buat Transisi
yang Baik Antara Menjadi Pendengar yang Baik dan Pembicara yang Baik
Kita
memiliki kecenderungan untuk berbicara daripada mendengarkan. Dan kita juga
memiliki kecenderungan untuk berbicara sambil mendengarkan. Pendengar yang
empatik tidak akan melakukan hal tersebut. Sebuah proses komunikasi adalah
proses antara mendengarkan dan berbicara, dan dalam proses komunikasi yang
efektif, kita melakukan peran tersebut secara bergantian. Lakukan peran
transisi antara peran mendengarkan dan peran berbicara secara baik.
5.
Berusaha
Mengerti, kemudian Dimengerti
Usaha
untuk mengerti orang lain tidak terbatas pada mengerti kata-kata yang
diucapkannya. Kalau kita mengerti orang lain seperti itu, berarti kita masih
melihat orang lain melalui kaca mata kita sendiri. Kita harus melangkah lebih
jauh lagi masuk ke diri orang itu, untuk melihat dunia sebagaimana ia
memandangnya, mengerti keadaannya, dan juga harus bisa merasakan emosi
kejiwaannya.
6.
Diagnosis
sebelum Respons
Mendiagnosis
terlebih dahulu sebelum membuat resep merupakan prinsip yang penting bagi semua
profesional. Pendengar yang empatik akan melakukan diagnosis terlebih dahulu
untuk meneliti permasalahan yang dihadapi oleh lawan bicaranya sebelum
memberikan pendapat, masukan, atau jawaban. Setelah menemukan akar
permasalahannya, akan lebih mudah untuk membantu memberikan jawaban, solusi
ataupun masukan yang diperlukan lawan bicara. Mungkin ada orang yang protes
bahwa melakukan hal itu akan menghabiskan terlalu banyak waktu. Memang hal itu
akan menghabiskan banyak waktu pada awalnya, tetapi akan menghemat waktu
nantinya.
7.
Tunjukkan Minat,
Perhatian, dan Kepedulian
Dalam
berkomunikasi kita bisa menunjukkan minat kita yang begitu besar kepada lawan
bicara kita dengan perhatian dan kepedulian kepadanya. Apabila ia merasakan
bahwa ia mendapatkan perhatian, kepedulian, dan rasa hormat ketika berbicara
ataupun menyampaikan pendapat, maka ia juga akan bersedia mendengarkan dengan
penuh perhatian sesuatu yang kita komunikasikan kepadanya.
Dengan
fokus perhatian kita kepada orang lain akan bisa lebih mudah memahami dan
mengetahui keadaannya, apakah seputar tentang keinginan, permasalahan atau apa
yang ia perlukan dari kita. Jika telah dipahami dengan baik, kita tentu bisa
mengomunikasikan hal yang mungkin dapat menarik perhatiannya dan sesuatu yang
mungkin mereka mau terima atau dukung.
8. Open
Minded (pikiran terbuka)
G. Pendengar yang Buruk
1. Interupsi
pembicara (tidak sabar).
2. Tidak
memberikan kontak mata (mata menyimpang).
3. Terganggu
(gelisah) dan tidak memperhatikan si pembicara
4. Tidak
tertarik pada pembicara (tidak peduli; Lamunan).
5. Memberi
si pembicara sedikit atau tidak (lisan atau nonverbal) umpan balik.
6. Mengubah
subjek.
7. Menghakimi.
8. Sangat
tertutup.
9. Terlalu
banyak bicara.
10. Sedang
menyibukkan diri.
11. Memberikan
saran yang tak diinginkan
12. Terlalu
sibuk untuk mendengarkan
H. Arti penting dari Seni Mendengarkan
Secara umum banyak orang yang
mengemukakan pengertian seni sebagai keindahan. Seni dapat diterapkan dalam
salah satu perilaku komunikasi yaitu mendengarkan. Sehingga seni mendengarkan
sebagai komunikasi merupakan suatu hal yang penting sekali dalam pekasanaan
perilaku komunikasi ini. Kemudian, berusaha benar-benar mengerti orang lain
adalah dasar apa yang disebut dengan mendengar secara empatik. Ketika orang
lain sedang berbicara, terkadang kita meletakkan proses mendengar dalam salah
satu dari empat tingkat komunikasi tidak empatik. Pertama, kita mungkin
mengabaikan, dengan tidak benar-benar mendengarkan. Kedua, kita mungkin
berpura-pura, kita sebenarnya tidak mendengarkan yang diucapkan. Ketiga, kita
mungkin selektif, kita mendengarkan hanya bagian-bagian tertentu dari
percakapan. Keempat, kita mungkin atentif, yakni kita hanya menaruh perhatian
dan memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan. Oleh karena itu dalam hal
berkomunikasi, mungkin masih sedikit dari kita yang mempraktikkan bentuk
tertinggi dari mendengar yaitu empati, kita benar-benar mendengar untuk
mengerti dan memahami orang lain.
Mendengar secara empatik merupakan
salah satu keterampilan berkomunikasi untuk mendukung pencapaian tujuan
komunikasi, baik dari sisi persuasif maupun informatif. Banyak orang merasa
yakin bahwa mereka berkomunikasi secara efektif. Namun, ketika orang lain tidak
merespons dengan cara yang dikehendaki, mereka cenderung menyalahkannya.
Menurut Carl Rogers dalam Masturi
(2010), kendala utama bagi komunikasi antarpribadi satu sama lain adalah
kecenderungan alamiah kita untuk menghakimi, menilai, menyetujui atau membantah
pernyataan orang lain ataupun pernyataan kelompok. Setiap kali melakukan
komunikasi, sesungguhnya bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan, tetapi
menentukan kadar hubungan interpersonal.
Melalui mendengar dan memahami orang
lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang
memang mutlak dibutuhkan dalam membangun kerja sama dengan orang lain. Rasa
empati akan dapat membuat kita mampu untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara
dan sikap yang akan memudahkan lawan bicara untuk menerima pesan yang
disampaikan. Oleh karena itu, berusaha untuk mengerti adalah prinsip yang benar
yang dimanifestasikan di banyak bidang kehidupan.
Mendengar secara empatik berarti
mendengar yang dilandasi kesadaran untuk memahami dengan perasaan, kepedulian
dan perhatian terhadap orang yang berbicara. Dalam hal ini, yang perlu
diperhatikan adalah cara memahami orang lain. Jangan melakukan hal yang
sebaliknya, yakni mengharapkan orang lain yang harus lebih dahulu memahami
kita. Sikap mau memahami tentu saja harus timbal balik, barulah kemudian akan
muncul saling pemahaman. Dengan dasar berpikir ini, tidak terlalu sulit bagi
pihak-pihak yang saling berhubungan untuk menumbuhkan pengertian dan saling
menghormati dalam tindakan komunikasi.
Kesimpulan
Salah satu keterampilan yang saat ini
dibutuhkan oleh manusia dan sering kali luput dari perhatian mereka adalah
keterampilan mendengarkan. Meskipun untuk mempraktikkannya membutuhkan waktu,
tidak sebanyak waktu yang dibutuhkan untuk mundur dan memperbaiki kesalahpahaman,
atau untuk mengerjakan ulang, untuk hidup dengan masalah yang tidak terungkap
dan terpecahkan.
Kegagalan dalam berkomunikasi salah
satunya disebabkan oleh kemampuan yang kurang memadai dalam mendengarkan dengan
baik. Sehingga jika kita mau sedikit bersabar untuk mendengarkan dengan baik,
siapa pun yang menjadi lawan bicara kita, kegagalan komunikasi akan bisa
terurai, kesalahpahaman akan dapat dihindari, dan perselisihan dapat
diminimalkan.
Seorang pendengar yang baik dapat
membaca hal yang sedang terjadi secara mendalam dan cepat. Ia dapat menerima
dan mengerti orang lain sehingga orang lain merasa aman untuk membuka lapis
demi lapis tirai yang menutupi permasalahan mereka sebenarnya. Usaha untuk
mengerti orang lain adalah satu investasi yang akan membawa keberuntungan yang
besar buat kita.
Sumber :
Fromm,
Erich. 2018. The Art Of Listening. Yogyakarta: Mitra Media Nusantara.
Sayekti,
Muthia. 2018. The Art Of Listening. Yogyakarta: Psikologi Corner.
Wibowo,
Wahyu. 2003. Membangun Kultur Perusahaan Melalui Kesadaran Komunikasi Adab.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum
Hybels,
Saundra dan Richard L. Weaver II. 2007. Communicating Effectively. New York:
McGraw-Hill.
Mulyana,
Deddy. 2005. Human Communication. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal
EduTech Vol. 2 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2442-6024 e-ISSN: 2442-7063 5
Komentar
Posting Komentar